Kerajinan adalah suatu hal yang dihasilkan dari keterampilan tangan. Ada berbagai macam kerajinan yang memiliki nilai guna dan nilai keindahan bersifat modern maupun tradisional. Beberapa masyarakat daerah di Indonesia masih melestarikan kerajinan tradisional yang memiliki nilai guna meskipun saat ini mereka berada di era modern.

Inilah Ibu Enceus warga berusia 49 tahun asal kampung Kawungluwuk RT03 RW06 dusun 2 Desa Surabaya yang sudah puluhan tahun menggeluti usaha kerajinan tanah liat. Usahanya tersebut merupakan usaha turun temurun yang hingga saat ini masih memproduksi.

Beberapa kerajinan seperti Cobek dan Kowi atau tempat mencairkan emas ini biasa di kirimkan ke daerah Jawa. Bahan yang di gunakan untuk membuatnya adalah tanah liat, pasir, air dan alas kayu.

Proses pembuatannya yang pertama adalah mengadukan tanah liat dengan pasir memakai tangan, kemudian di cetak dan proses penjemuran. Namun sebelum di jemur, cobek tersebut di gosok dahulu memakai batu agar merata dan licin. Setelah itu di jemur selama 4 jam, kemudian di bakar 4 jam menggunakan bahan bakar sampai siap di angkat dan di dinginkan.

Dalam proses pembuatannya, Ibu Enceus dibantu oleh 12 orang pengrajin yang masih keluarganya sendiri. Biasanya membeli bahan tanah liat dari kampung sebelah dengan harga  80.000 per kodi.

Pemasarannya dilakukan secara keliling ke daerah Malangbong, Tasik, dan mengisi ke pasar-pasar atau warung dengan kisaran harga 15.000 rupiah jika dijual satuan atau 60.000 sampai 80.000 rupiah per kodinya tergantung ukuran. Tentunya cobek yang dibuat memiliki kualitas yang baik, dan tahan lama tergantung pemakaian.

Kendala dalam usaha ini adalah dari segi bahan baku yang mahal juga ongkos pengiriman. Selain itu belum ada tempat pembakaran khusus, sehingga jika hujan tidak bisa melakukan proses pembakaran karena pembakaran dilakukan di tempat terbuka. Harapan Bu Eunceus usaha Cobek ini kedepanya bisa lebih maju sehingga dapat membantu pengrajin cobek yang masih keluarganya untuk bisa mendapatkan pendapatan yang yang lebih besar.